Selasa, 16 Oktober 2012

Rabu, 12 September 2012

KENAKALAN REMAJA
OLEH : YUNI LESTARI, SPd

Akhir-akhir ini kenakalan remaja menunjukkan gejala yang semakin meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas, bahkan sekarang nampak semakin berani dan brutal, seperti penganiayaan, pembunuhan, perampokan, perkosaan, penodongan dan munculnya penjahat hyprotis. Ini hampir terjadi diseluruh pelosok tanah air dan selalu membawa korban jiwa dan harta benda.
Bila hal semacam ini kita biarkan dan berlangsung terus niscaya akan menjadi faktor rawan bagi kemajuan nasional.
1. Pokok Masalah
Kenakalan remaja adalah suatu fenomena/gejala dalam masyarakat yang dapat memberikan pengaruh yang negatif dan merupakan hambatan bagi perkembangan remaja itu sendiri, maupun perkembangan masyarakat suatu pembangunan bangsa (nation building and character building) dan secara langsung akan menyangkut nasib dan harapan hari depan generasi muda sebagai pewaris generasi yang sekarang.
Oleh karena itu cukup beralasan kalau kita bersama menganggap bahwa kenakalan remaja tersebut sebagai masalah nasional.
2. Latar Belakang Masalah
Kenakalan adalah akibat perkembangan perubahan sosial serta kemajuan teknologi dan komunikasi secara luas, serta di dukung oleh beberapa faktor yang dapat menjadi penyebabnya. Kiranya sudah dapat ditebak bahwa baik secara kuantitatif maupun kualitatif kenakalan remaja akan berkembang, ini apabila tidak ditanggulangi.
3. Pengertian Pokok
a. Kenakalan remaja adalah terjemahan dari istilah asing “ JUVE NILE DELIQUENSI” yang dirumuskan sebagai suatu perbuatan pula/tingkah laku yang bersifat asosial, artinya perbuatan yang melanggar norma-norma sosial, hukum dan agama. Sedangkan remaja yang dimaksudkan mereka yang berusia di atas 12 tahun di bawah 18 tahun dan belum lansia.
b. Kenakalan adalah berasal dari kata “nakal” adalah suatu kata yang menggambarkan suatu perbuatan yang dapat merugikan orang lain maupun dirinya sendiri.
Dalam perkataan sehari-hari sering juga menggunakan kata-kata jahat atau kejahatan yang juga dapat merugikan orang lain dan diri sendiri, jadi tidak ada perbedaan antara nakal dan jahat. Hanya istilah nakal digunakan bagi anak/remaja, sedangkan jahat digunakan bagi orang dewasa karena hal tersebut berkaitan dengan upaya hukum.
4. Penggolongan Remaja
Ada tiga golongan remaja yaitu :
1. Golongan menjelang remaja ( 7 – 12 tahun)
2. Golongan remaja ( 13 – 17 tahun)
3. Golongan remaja menjelang dewasa (18 – 21 tahun


5. Bentuk-bentuk kenakalan remaja dapat dibedakan menjadi 5 golongan.
1. Kenakalan biasa
2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran/kejahatan
3. Kenakalan khusus
ad.1) Kenakalan biasa
misal : a. suka berkelahi
b. bolos sekolah
c. melempari rumah tetangga
d. bersikap tidak sopan
e. nonton film yang bukan golongan usianya
f. pergi tanpa pamit
g. berpakaian tidak rapi
ad.2) Kenakalan yang menjurus kepada pelanggaran/kejahatan
Adalah perbuatan yang benar-benar sudah menjurus kepada pelanggaran/kejahatan.
misal : a. mencuri barang/uang milik keluarga
b. pinjam barang/uang tidak dikembalikan
c. membawa kendaraan tanpa membawa surat-surat yang diwajibkan
d. mengancam guru
e. menganiaya orang tua
f. memalsu tanda tangan
g. main judi
h. mulai menentang
i. membentuk keluarga negatif
ad.3) Kenakalan khusus
Adalah perbuatan yang sudah mengarah kepada pelanggaran/kejahatan khusus
misal : a. hubungan seks diluar nikah
b. perkosaan terhadap perempuan dan anak-anak di bawah umur.
c. melarikan gadis
d. bermain judi
e. perampokan
f. penodongan
g. kejahatan hynotis
h. penyalahgunaan narkotik
6. Sebab dan faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja.
Pada umumnya sebab-sebab yang langsung dapat mengakibatkan kenakalan remaja dapat dibedakan dua kelompok diantaranya :


A. Faktor intern dan ekstern
B. Faktor secara tidak langsung yaitu faktor positif dan faktor negatif
adA.1) misal faktor intern
a. Cacat keturunan yang bersifat biologis
b. Pembawaan yang negatif dan sukar untuk dikendalikan serta perbuatan nakal
c. Pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan remaja, yang menimbulkan konflik pada dirinya.
d. Lemahnya kemampuan, pengawasan diri sendiri serta sikap menilai terhadap keadaan sekitarnya.
adB.2) contoh faktor ekstern
a. Masa cinta dan perhatian yang kurang terutama dari orang tua atau wali
b. Kegagalan dalam pendidikan pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
c. Menurunnya wibawa orang tua atau wali
d. Pengawasan yang kurang dari orang tua atau wali, guru dan masyarakat
e. Keteledoran orang tua dan guru
f. Kurangnya sarana prasarana dan pemanfaatan waktu senggang para remaja
g. Cara mendidik anak tidak sesuai dengan perkembangan remaja oleh orang tua (wali, guru, masyarakat)
h. Cara-cara pendekatan kepada remaja yang tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat
i. Terbukanya kesempatan terhadap minat buruk telah remaja untuk berbuat nakal
7. Pola penanggulangan kenakalan remaja
Berpedoman pada hal-hal yang diuraikan di atas maka disusunlah suatu pola penanggulangan kenakalan remaja yang dalam garis besarnya dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Dasar Pendekatan
Kenakalan remaja adalah merupakan sebagian dari rangkaian sebab dan akibat dengan masalah lain dan adalah tingkah laku seseorang yang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan meningkat, dimana lingkungan mereka sangat mempengaruhi terhadap sikap dan lingkungannya.
Dengan kata lain :
a. Kenakalan remaja bukan masalah yang berdiri sendiri
b. Belum dapat dipersamakan dengan kejahatan
c. Pelaku bukan lagi anak-anak dan belum dewasa
B. Ruang lingkup usaha penanggulangan
Sesuai dengan luas lingkup kompleknya masalah-masalah kenakalan remaja, usaha penanggulangannya meliputi usaha-usaha.


1. Pemindahan
2. Pembinaan khusus yaitu usaha-usaha penanggulangan kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkotika.
Sebagaimana dikatakan oleh para ahli kedua masalah tersebut adalah sejalan sehingga usaha kita antara lain :
1. Pendidikan Pranatal
Pendidikan Pranatal (dalam kandungan) termasuk usaha-usaha pendidikan dari orang tua terhadap calon anaknya, sehingga seorang ibu yang mengandung diharapkan jangan sampai terlibat dalam hal-hal
a. merokok
b. minum-minuman yang mengandung alkohol
c. berselisih dengan keluarga dan tetangga
d. membaca buku-buku sadis, cabul dan lain-lain
e. berzina
2. Pendidikan Pascanatal
Sesudah anak lahir kegiatannya baru tidur dan minum (menyusu)
Seperti telah disebutkan di atas bahwa pola-pola perilaku anak terbentuk tergantung dari sikap ibunya pada waktu menyusui putranya, sikap yang baik akan membentuk pribadi-pribadi yang optimis dan sebaliknya sikap yang negatif (kurang baik) akan menjadikan seorang anak yang pesimis.
3. Asuhan yang baik
Di dalam asuhan ini perlu adanya teguran kalau anak bersalah, dan pujian kalau anak tersebut baik, hanya saja jangan terlalu menyolok atau sebaiknya disesuaikan dengan watak (sikap anak)
4. Hubungan anak dengan orang tua yang harmonis
Adanya hubungan orang tua dan anak terutama secara emosional yang hangat merupakan suatu hal yang mengikat bagi anak terhadap keluarga, sehingga setiap dia berbuat sesuatu selalu ingat akan kepentingan keluarga.
5. Memberi contoh yang baik
Diharapkan dari semua orang tua memberi contoh yang baik, anak disuruh sembahyang tetapi orang tua sendiri tidak sembahyang, adalah hal yang tidak logis bagi anak, dengan kata lain orang tua harus konsekuen.
6. Kegiatan remaja yang sehat dan kontinyu
Untuk menghilangkan/mengisi waktu kosong perlu kegiatan remaja yang terus menerus dalam bidang kesenian, olahraga ketrampilan dan rekreasi sehat.



7. Perlu adanya masyarakat yang stabil.
Yang dimaksud dengan stabil meliputi bidang-bidang ekonomi sosial dan politik agar remaja tidak terombang ambing.
8. Menghadapi kemajuan teknologi secara positif
Adanya kemajuan sekarang harus digunakan sesuai dengan kepentingan manusia, fasilitas, mobil dll, bukan sekedar foya-foya tetapi harus digunakan sebagaimana mestinya, demikian juga soal mode, bukan suatu tujuan tetapi untuk kesenangan dan keindahan.
9. Membendung kebudayaan asing
Kebudayaan asing jelas dapat mempengaruhi mental remaja, secara gamblang remaja akan bingung memilih budaya yang harus diikuti, apakah kebudayaan Indonesia atau kebudayaan asing.
Memang harus diakui pencapaian kebudayaan itu mesti ada, yang penting ditekankan jangan begitu saja dijiplak, tetapi seyogyanya cukuplah hal-hal yang positif diambil.
10. Pendidikan umum
Dengan tidak mengurangi jasa dari para guru sekarang ini pendidikan di sekolah-sekolah jangan hanya berpusat pada ilmu pengetahuan saja, sehingga pendidikan agama sering diremehkan, padahal pemberian pelajaran agama merupakan dasar pokok pembentukan moral pribadi bagi anak kelak, tanpa disadari moral agama yang kuat sulit dibayangkan, bagaimana kepribadian anak itu dikemudian hari.
8. Usaha pencegahan (prevetif)
A. Usaha pencegahan yang bersifat umum
1. Usaha pembinaan remaja
- Pemberian pendidikan pranatal kepada orang tua terutama calon ibu anak.
- Pemberian pendidikan agama, pendidikan mental dan budi pekerti serta pengetahuan kecerdasan dan ketrampilan yang cukup kepada pribadi remaja dalam sekolah.
- Pemberian pendidikan kepada remaja dalam keluarga.
- Pemberian pendidikan kepada pribadi remaja dalam masyarakat.
2. Usaha perbaikan lingkungan dan kondisi yang ditujukan kepada terciptanya situasi dan kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan remaja secara sehat, usaha perbaikan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
B. Usaha pencegahan yang bersifat khusus
1. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan remaja dan lingkungannya.
2. Bimbingan dan penyuluhan secara intensif terhadap remaja dan orang tua.
3. Pendidikan khusus terhadap remaja yang sudah menunjukkan gejala-gejala kenakalan.
4. Usaha penindakan (repnosif)


a. Razia dan penanggulangan
b. Penyelidikan, pengusutan dan pemeriksaan
c. Dikembalikan ke keluarga atau ditahan sementara
d. Diajukan ke pengadilan (pengadilan anak-anak)
5. Pembinaan khusus (treatment), rehabilitasi/jenis dan proses kegiatan dalam bidang pembinaan khusus ini adalah :
a. Bimbingan kembali (re edukasi) dalam lembaga pendidikan khusus anak nakal
b. Pengembalian ke masyarakat
c. Penyaluran ke pendidikan dan atau pekerjaan
d. Pengawasan terus menerus dari orang tua pendidik dan segenap masyarakat
C. Instansi terkait dalam rangka upaya pembinaan pribadi remaja adalah :
1. Kepolisian (POLRI)
2. DIKNAS
3. KESBANG LINMAS
4. ULAMA
5. DEPKES




Jumat, 13 Juli 2012

PENGARUH LAYANAN KONSULTASI TERHADAP
KESULITAN BELAJAR SISWA

LINDA SUTIARINI*)

ABSTRAK

Siswa diharapkan dapat menyelesaikan pendidikan yang ditempuh sesuai dengan program dalam kurikulum sekolah dengan nilai yang memuaskan. Siswa Sekolah Dasar dan yang sederajat diharapkan dapat menyelesaikan pendidikan dalam jangka waktu enam tahun, sedangkan siswa SMP dan yang sederajat serta siswa SMA dan yang sederajat dapat menyelesaikan pendidikannya dalam kurun
Sebagian siswa ada yang tidak dapat menyelesaikan program pendidikannya sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian siswa ada yang dapat menyelesaikan pendidikannya sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan tetapi prestasi yang dicapai kurang memuaskan. Kegagalan siswa tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Kegagalan belajar yang dihadapi oleh siswa merupakan salah satu indikator bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan belajar.
Fenomena ini harus mendapat perhatian dari semua pihak. Usaha untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar menjadi tanggung jawab bersama antara wali kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan konseling serta orang tua. Untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar guru mata pelajaran dapat membantu melalui kegiatan remidial teaching, sedangkan guru bimbingan konseling dapat memberikan layanan konsultasi. Pemberian layanan konsultasi tersebut diharapkan mampu untuk mengurangi kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
Penelitian ini menggunakan format penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan, karena melalui penelitian tindakan kelas, baik intervensi perbaikan yang dilakukan, maupun dampaknya kepada (a) penumbuhan kemampuan melakukan Self-Regulated Learning, maupun (b) pemanfaatannya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dalam sesuatu Mata Pelajaran tertentu langsung dihayati secara bersama-sama oleh Dosen dan Mahasiswa sepanjang rentang transaksi pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas ini dapat memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan itu dalam 3 siklus pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa agar mereka dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tanpa mengalami kesulitan yang dapat menghambat dalam belajarnya.
Penelitian dilakukan pada siswa kelas 7A SMP Negeri 6 Tahun Pelajaran 2011-2012, dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah para siswa diberikan layanan konsultasi prestasi mereka dapat meningkat dibandingkan semester sebelumnya.
Saran disampaikan kepada para konselor sekolah hendaknya melakukan layanan konsultasi untuk semua kelas dan semua jenjang sehingga prestasi siswa akan meningkat karena kesulitan yang dihadapi oleh siswa menjadi menjadi berkurang. Konsulti dapat berasal dari orang tua, guru atau teman konseli.

Kata Kunci : kesulitan belajar, konsultasi bimbingan konseling

PENDAHULUAN
Siswa- siswi SMP menurut kategori umur termasuk usia remaja awal yang pada hakekatnya mempunyai kebutuhan spesifik dalam tumbuh dan kembangnya yaitu masa perubahan. Usia dimana menimbulkan ketakutan, masa tidak realistis dengan emosi meningkat untuk pemahaman diri (Hurlock, E B.1998). Peningkatan sumber daya manusia dimulai dari tingkat yang paling rendah yaitu ketika masih duduk di bangku sekolah. Pada proses dimana siswa menyesaikan pendidikannya siswa biasanya dihadapkan pada masalah dalam perkembangan dan belajarnya sebagai seorang remaja sekaligus sebagai seorang pelajar yang dapat menyelesaikan pendidikannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam kurikulum dengan hasil yang memuaskan. Menurut Sriami (2005)” Untuk Mencapai keselarasan dalam mencapai tujuan belajar dengan tugas- tugas perkembangan pribadi perlua adanya layanan bimbingan konseling”.
Penelitian Sriami ini telah menyatakan bahwa layanan bimbingan konseling diperlukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Beberapa penelitian yang telah dijalankan oleh Yuni Lestari dalam PTBK yang berjudul Upaya mengurangi kesulitan belajar siswa melalui layanan konsultasi bimbingan dan konseling pada siswa kelas 7A SMPN 4 Blitar tahun pelajaran 2009- 2010 menunjukkan bahwa layanan konsutasi dapat mengurangi kesulitan belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan diri dari cara berpikir anak dalam bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri akan kesadaran untuk lebih maju dalam belajar karena belajar adalah kewajiban dan merupakan tugas perkembangan yang harus dapat ia lalui dengan baik sehingga ia mempunyai masa depan yang terarah. Penelitian yang akan dijalankan ini memberikan penekanan terhadap klien dalam menyelesaikan masalah belajarnya
melalui layanan konsultasi.
Masalah yang sering dihadapi oleh siswa siswi SMP Negeri kota Blitar adalah banyaknya siswa yang mengalami kesulitan belajar hal ini ditandai dengan nilainya dibawah kriteria ketuntasan minimal, banyak siswa yang membolos, acuh-tak acuh terhadap pelajaran, lambat dalam mengumpulkan tugas bahkan banyak juga yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, sehingga jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan siswa tersebut tidak naik kelas. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh layanan konsultasi terhadap kesulitan belajar siswa?
Mengutip pendapat Ahmad Sudrajat dalam kesulitan belajar dan bimbingan belajar yang dimuat dalam http://www.bimbingan konseling indonesia.com menjelaskan bahwa kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Siswa yang mengalami kesulitan akan nampak dari gejala-gejala yang dimanifestasikan dalam bentuk perilaku. Perilaku tersebut menunjukkan adanya tanda-tanda mengalami kesulitan belajar.
Syamsuddin (2003: 307) mengungkapkan bahwa siswa diduga mengalami kesulitan belajar jika siswa yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasar ukuran kriteria keberasilan). Sedangkan Djamarah (2008: 235) mengungkapkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar secara wajar disebabkan adanya ancaman, hambatan atau gangguan dalam belajar. Dalyono (2005: 229) mengungkapkan bahwa kesulitan belajar adalah keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Berdasar uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah dimana peserta didik mengalami hambatan sehingga peserta didik tidak dapat belajar dengan wajar yang mengakibatkan tidak tercapainya suatu hasil belajar yang ditentukan.
Menurut Fullmer dan Bernard (dalam Marsudi, 2003: 124- 125) merumuskan tujuan konsultasi sebagai tujuan bimbingan di sekolah, salah satunya adalah mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua dan administrator sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pemahaman bahwa layanan konsultasi sangat diperluakan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 6 Blitar. Subjek penelitian adalah siswa kelas 7A yang berjumlah 41 siswa terdiri dari 18 siswa perempuan dan 23 siswa laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling dan wali kelas 7A sebagai kolabator. Kehadiran wali kelas dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjaga keobjektifan penelitian, sehingga tujuan penelitian tindakan kelas ini dapat dicapai dengan optimal.
Penelitian ini direncanakan sekitar 10 kali satu jam efektif karena subyek penelitian berjumlah 10 orang, diperkirakan satu orang memerlukan waktu 1 jam. Sepuluh jam tersebut direncanakan dilaksanakan selama 3 hari. Kegiatan ini dilaksanakan diluar jam pembelajaran karena yang menjadi subyek tindakan adalah wali murid. Siklus pertama dilaksanakan pada bulan Januari minggu pertama, siklus kedua pada bulan Maret minggu pertama.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Langkah awal sebelum pelaksanaan layanan, terlebih dahulu konselor merencanakan tahap-tahap kegiatan. Tahap-tahap tersebut adalah :

a. Perencanaan
Dalam tahap ini konselor mencari data tentang orang tua siswa yang mengalami kesulitan belajar.Analisis data siswa yang mengalami kesulitan belajar diperoleh dari nilai rapor semester ganjil kelas 7A tahun pelajaran 2011-2012 dalam bentuk kumpulan nilai sehingga diperoleh data akademik siswa, selain itu melakukan wawancara dengan orang tua untuk mencari informasi tentang siswa/anaknya. Sebelum mengadakan wawancara dengan orang tua siswa konselor mendata siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan tanda-tanda : (1) nilai dibawah rata-rata kelas, (2) nilai dibawah KKM (3) lambat dalam mengumpulkan tugas (4) bersikap tidak wajar, acuh terhadap tugas, berdusta jika tidak dapat memenuhi tugas sekolah (5) membolos (6) sering datang terlambat (7) gejala emosi kurang wajar, pemurung, mudah tersinggung, nilai jelek tidak sedih atau menyesal (8) lower. Dalam mengatur pertemuan konselor telah membuat dan melaksanakan apa yang dijadwalkan. Dari hasil penelitian diperoleh data 85% mengalami kesualitan dalam belajar.

b. Pelaksanaan
Pada layanan konsultasi, proses layanan dilakukan dua tahap. Yaitu pertama proses konsultasi antara konselor dan konsulti, dan yang kedua proses penanganan oleh konsulti terhadap pihak ketiga yang memiliki masalah Instrumen yang digunakan adalah angket orang tua, angket guru daftar nilai kelas 7A. Hasil dicatat dalam buku konsultasi orang tua.

c. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan sekitar satu bulan setelah orang tua diundang ke sekolah, dengan harapan selama satu bulan sudah ada perubahan yang terjadi pada siswa-siswa tersebut. Evaluasi dilaksanakan menggunakan angket pengamatan guru dan hasil nilai ulangan rapor semester genap, karena indikator keberhasilan dari layanan konsultasi ini adalah adanya peningkatan nilai raport, nilainya minimal sama dengan KKM dan nilai yang dicapai minimal sama dengan rata-rata kelas.
Hasil dari evaluasi menyatakan bahwa siswa- siswi sulit untuk belajar rutin dan sebagin besar jarang melaksanakan belajar kelompok.Untuk selanjutnya untuk siklus yang kedua, siswa sebagian besar siswa sudah mulai mempunyai rasa tanggung jawab dengan membuat jadwal dan belajar jadi pekerjaan.

d. Analisis Hasil Evaluasi
Tujuan dari analisa adalah mempertimbangkan upaya tindak lanjut yang akan dilakukan sehubungan penyelesaian masalah siswa. Berdasarkan analisa yang dilakukan konselor dari hasil angket pengamatan guru pada tahap evaluasi diperoleh hasil analisa. Tujuan dari analisa adalah mempertimbangkan upaya tindak lanjut yang akan dilakukan sehubungan penyelesaian masalah siswa. Berdasarkan analisa yang dilakukan konselor dari hasil angket pengamatan guru pada tahap evaluasi diperoleh hasil analisa siswa yang mengalami perubahan yang signifikan dan positif dalam mengecek kemajuan siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas

e. Tindak Lanjut
Tindak lanjut dari hasil layanan konsultasi adalah jika hasilnya sudah sesuai dengan yang diharapkan maka kegiatan layanan konsultasi dianggap berhasil dan sukses tetapi jika hasil yang dicapai tidak maksimal maka masalah siswa bisa di referal atau dirujuk kepada pihak-pihak yang lebih berwenang. Hasil layanan konsultasi dalam penelitian diuraikan dalam pembahasan. dapat melihat bahwa mayoritas dari siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut berdasarkan angket pengamatan guru perilaku belajarnya meningkat lebih baik, dengan asumsi bahwa dengan lebih baiknya perilaku belajar mereka kesulitan belajar mereka akan semakin berkurang sehingga akan lebih baik prestasi yang dicapai.
Hasil dari layanan konsultasi juga dapat dilihat pada perolehan nilai raport semester genap. Semua siswa yang mendapat layanan konsultasi melalui orang tuanya nilai rata-ratanya semua meningkat, dan kesulitan belajar yang dialami pada semester ganjil dapat terkurangi. Indikatornya adalah nilai yang dicapai minimal sama dengan KKM, bahkan banyak yang diatas KKM dan nilai rata-rata yang dicapai meningkat. Perbandingan nilai raport dari siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat.

KESIMPULAN DAN SARAN
Dari data dan analisis hasil evaluasi dalam penelitian tindakan kelas terhadap upaya mengurangi kesulitan belajar siswa dengan menggunakan layanan informasi dapat diketahui bahwa terjadi pengurangan kesulitan belajar dan perbaikan cara belajar yang signifikan. Pada siklus I memang belum begitu nampak pada nilai raport hanya ada perbaikan cara belajar berdasarkan angket pengamatan guru. Pada siklus 2 ada peningkatan yang cukup bagus mayoritas siswa sudah dapat melakukan perbuatan belajar yang baik dan meningkat dibandingkan siklus 1. Dalam nilai raport semester genap juga ada peningkatan yang signifikan. Nilai yang dicapai meningkat, rata-rata meningkat, nilai yang dicapai juga diatas KKM yang sudah ditentukan. Hal ini mengisyaratkan bahwa layanan konsultas berpengaruh terhadap kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa sehingga nilai yang dicapai lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa layanan konsultasi dapat mengurangi kesulitan belajar siswa. Sehingga disarankan konselor sekolah selalu melaksanakan layanan konsultasi ini setiap semester genap, sehingga nilai yang dicapai pada semester genap dapat lebih baik.

Daftar Pustaka

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Pengembangan Diri. Jakarta: BSNP dan Pusat Kurikulum

Gunarsa, Singgih. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

http://www.bimbingan konseling indonesia.com diakses tanggal 23 Mei 2009
Marsudi, Saring. 2003. Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta Muhammadiyah University Press

Prayitno. 2004. Layanan Konseling. Padang: Bimbingan Konseling FIP

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
`Rineka Cipta

Linda Sutiarini adalah guru SMPN 1 Blitar peserta workshop pengembangan karir PTK DIKDAS MGBK KOTA BLITAR

Jumat, 06 Juli 2012

ARTIKEL ILMIAH NON PENELITIAN

BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK
MENINGKATKAN KETRAMPILAN
KOMUNIKASI SISWA

Yuni Lestari

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari berkomunikasi dengan orang lain merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia, orang yang tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain akan terisolasi dalam kehidupannya di masyarakat. Pengaruh keterisolasian ini akan membawa manusia pada keadaan yang tidak diinginkan, antara lain : depresi mental dan keterasingan yang pada akhirnya dapat membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa.
Komunikasi adalah kebutuhan yang sangat fundamental dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa ada komunikasi masyarakat tidak akan terbentuk sebaliknya tanpa ada masyarakat manusia tidak akan dapat mengembangkan komunikasi sehingga manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Dengan komunikasi manusia dapat mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya sehingga orang lain dapat mengetahui keinginan serta mengerti hasrat orang lain.
Komunikasi diperlukan antara lain untuk mengatur tata krama pergaulan antar manusia sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat. Keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karir banyak ditentukan oleh kemampuannya berkomuikasi. Jika seseorang dapat berkomunikasi dengan baik maka dia pasti akan lebih berhasil dalam mencapai sesuatu yang diinginkannya.
Dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru di kelas juga dibutuhkan ketrampilan atau kemampuan dalam berkomunikasi. Tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan di dalam mengkomunikasikan kebutuhannya. Misalnya ketika sedang diberi pelajaran siswa belum memahami yang dijelaskan guru tetapi tidak bisa menyampaikan. Sehingga dapat dikatakan siswa mengalami kesulitan di dalam berkomunikasi dengan guru. Penyebab dari kesulitan ini mungkin siswa merasa malu akan menyampaikan hal tersebut, mungkin juga ragu-ragu, bahkan sangat mungkin siswa merasa takut ketika akan menyampaikan hal tersebut.
Dari uraian diatas maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan di dalam menyampaikan keinginanya karena dia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain, padahal siswa dengan kemampuan berkomunikasi tinggi akan lebih dapat berhasil dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan berkomunikasi rendah, sehingga kemampuan berkomunikasi ini harus dilatihkan kepada siswa mulai siswa itu duduk di bangku sekolah.
Komunikasi diartikan sebagai proses pengalihan informasi dari salah satu sumber kepada yang lainnya atau pertukaran informasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih sehingga terbentuk sebuah pengertian yang mendalam.
Komunikasi terjadi jika seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain mempunyai tujuan tertentu, dan komunikasi terjadi didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek.
Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut: (1) Mempelajari atau mengajarkan sesuatu (2) Mempengaruhi perilaku seseorang (3) Mengungkapkan perasaan (4) Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain (5) Berhubungan dengan orang lain (6) Menyelesaian sebuah masalah (7) Mencapai sebuah tujuan (8) Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik (9) Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain. Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok.
Jenis komunikasi terdiri dari:
1. Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.
Yang termasuk komunikasi non verbal :
a. Ekspresi wajah
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya
c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress
Bimbingan Kelompok adalah upaya bimbingan yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang individu melalui situasi kelompok (Tantowi, 1997 : 15)
Sedangkan Prayitno (1997 : 99) memberikan pengertian bahwa bimbingan kelompok adalah sebuah bimbingan yang dimaksudkan agar siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama dari guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Bahan yang dimaksudkan tersebut dapat juga digunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan.
Lebih jauh Prayitno menjelaskan bahwa layanan bimbingan kelompok para siswa dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai tentang hal penting tersebut dan mengembangkan tentang langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok. Dengan demikian dalam bimbingan kelompok dapat membuahkan saling hubungan yang baik diantara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap dalam kelompok.
Prayitno (1995 : 1) menjelaskan juga bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan dalam bimbingan konseling yang diselenggarakan secara kelompok dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan kelompok.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa bimbingan kelompok mengaktifkan kegiatan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi peserta kegiatan kelompok. Dalam kegiatan bimbingan kelompok akan dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian dan menjadi perhatian bersama anggota kelompok dan dibahas melalui dinamika kelompok yang intens dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok di bawah bimbingan atau pimpinan kelompok (konselor/guru pembimbing)
Kegiatan bimbingan kelompok dapat diselenggarakan dimana saja, di dalam ruangan maupun di luar ruangan, di sekolah maupun di luar sekolah yang penting para anggota kelompok merasa nyaman dalam melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Dimanapun kegiatan bimbingan kelompok tersebut dilaksanakan yang penting harus dapat menjamin bahwa dinamika kelompok dapat berkembang dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan layanan. Selain itu dengan kegiatan bimbingan kelompok dapat membuahkan saling hubungan yang baik diantara anggota kelompok dan anggota kelompok dapat berkomunikasi dengan baik.
Tujuan umum dari bimbingan kelompok yaitu : berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan (Prayitno, 2004 :2) Dalam kaitan ini sering sekali terjadi kemampuan sosialisasi dan komunikasi anggota kelompok terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, dan wawasan yang tidak obyektif, sempit, terkukung serta tidak efektif. Melalui kegiatan bimbingan kelompok hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui berbagai cara ; pikiran yang suntuk, buntu atau beku dicairkan dan didinamikakan melalui berbagai masukan dan tanggapan baru, persepsi dan wawasan yang menyimpang dan sempit perlu diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, penyadaran dan penjelasan, sikap yang tidak obyektif, terkungkung dan tidak terkendali, serta tidak efektif digugat dan didobrak, kalau perlu diganti dengan yang baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses berperasaan, berpikir dan berpersepsi dan wawasan yang terarah, luwes dan luas serta dinamis kemampuan berkomuikasi, bersosialisasi dan bersikap dapat dikembangkan.
Sedangkan tujuan khusus yaitu untuk membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang eksklusif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif sehingga kemampuan berkomunikasi, verbal maupun non verbal ditingkatkan (Prayitno, 2004 : 2)

MENGAPA BIMBINGAN KELOMPOK?
Seperti yang diuraikan diatas bahwa dalam bimbingan kelompok
para siswa diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai tentang hal penting tersebut dan mengembangkan tentang langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok. Dengan demikian dalam bimbingan kelompok dapat membuahkan saling hubungan yang baik diantara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap dalam kelompok.
Jadi melalui bimbingan kelompok para siswa diajak atau dilatih untuk berkomunikasi antar individu dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibentuk bisa beranggotakan antara 5 sampai 10 siswa. Jika dalam kelompok kecil ini siswa sudah lancar dalam mengemukakan pendapat yang dalam hal ini merupakan sebagian dari tujuan bimbingan kelompok maka diharapkan dalam kelompok yang lebih besar, misalnya dalam kelompok kelas yang jumlah anggota kelas berkisar antara 25 sampai 40 siswa akan lebih berani dalam mengemukakan pendapat.
Keberhasilan dari bimbingan kelompok tidak terlepas dari karakteristik yang harus dimiliki oleh pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok dalam hal ini berasal dari guru. Seorang pemimpin kelompok yang profesional harus mampu membentuk dan mengarahkan kelompok sehingga menjadi kelompok yang bebas, terbuka dan demokratis, konstruktif, saling mendukung dan meringankan beban, memberikan rasa nyaman, menggembirakan dan membahagiakan, serta mencapai tujuan bersama anggota kelompok. Dalam keadaan demikian seorang pemimpin kelompok dituntut obyektifitas dan ketajaman analisis serta evaluasi kritis yang berorientasi nilai-nilai kebenaran dan moral dikembangkan melalui sikap dan cara-cara berkomunikasi yang jelas dan lugas tetapi santun dan bertata krama, dengan bahasa yang baik dan benar. Selain itu seorang pemimpin kelompok harus berwawasan luas dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani, meningkatkan, memperluas dan mensinergikan konten bahasan yang tumbuh dalam aktifitas kelompok. Juga harus memiliki kemampuan hubungan antar personal yang hangat dan nyaman, sabar dan memberi kesempatan, demokratik dan kompromistik (tidak antagonistik dalam mengambil kesimpulan dan keputusan, tanpa memaksakan dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak berpura-pura, disiplin dan kerja keras.
Keseluruhan karakteristik diatas membentuk pemimpin kelompok yang berwibawa dihadapan dan ditengah-tengah kelompoknya. Kewibawaan ini harus dapat dirasakan secara langsung oleh para anggota kelompok. Dengan kewibawaan itu pemimpin kelompok menjadi tali ikatan kelompok menjadi panutan bertingkah laku dalam kelompok menjadi pengembang dan pensinergian konten bahasan, serta kualitas yang mendorong pengembangan dan pemecahan masalah yang dibahas dalam kelompok.
Selain karakteristik yang harus dimiliki oleh pemimpin kelompok (guru) seperti yang diuraikan di atas ada juga syarat lain yang menyangkut kepribadian pemimpin kelompok, yaitu : (1) Kehadiran pemimpin kelompok secara emosional. Kehadiran pemimpin kelompok dalam kegiatan bimbingan kelompok sangat besar artinya bagi peserta. Keberartian itu akan meningkat apabila kehadiran itu bukan hanya secara fisik melainkan yang lebih penting bersifat emosional. Ini berarti bahwa pemimpin kelompok terlibat langsung secara emosional dan secara pribadi dengan kelompok yang dipimpinannya. Keterlibatan secara emosional ini dapat menimbulkan spontanitas dan keterbukaan pada diri pemimpin kelompok dalam menghadapi peserta dalam kegiatan bimbingan kelompok tersebut. (2) Kekuatan pribadi, kekuatan pribadi ini mencakup kepercayaan diri dan kesadaran akan pengaruh dirinya terhadap orang lain. Perlu ditekankan bahwa kekuatan pribadi ini tidak berarti kemampuan untuk mendominasi dan memanfaatkan orang lain. Sifat ini justru penyalah gunaan kekuatan pribadi itu. Seorang guru /konselor yang baik akan menggunakan kekuatan pribadinya untuk mendorong para peserta untuk menggunakan kekuatannya sendiri yang tidak tersalurkan, dan bukan untuk meningkatkan ketergantungan peserta pada diri konselor. (3) Keberanian. Pemimpin kelompok yang baik akan sadar bahwa mereka perlu memperlihatkan keberanian dalam berinteraksi dengan kelompok dan dia tidak dapat menyembunyikan dirinya di belakang peranan khususnya sebagai pempimpin kelompok. Pemimpin kelompok menunjukkan keberaniannya mengambil resiko dalam kelompoknya, dan dengan mengakui kesalahan yang mungkin diperbuatnya. Keberanian itu ditunjukkan melalui berbagai perasaan (4) Kesediaan untuk mengkonfrontasikan dirinya sendiri. Keberanian pemimpin kelompok tidak hanya dalam interaksi dengan kelompok dan anggotanya secara individual, melainkan juga keberanian dalam menghadapi keadaan dirinya sendiri. Pemimpin kelompok harus selalu mengevaluasi diri sendiri dan menerima apa adanya dari hasil evaluasi itu, kemudian bersedia untuk memperbaiki yang tidak layak serta mempertahankan hal-hal yang telah layak dan memadai. (5) Kesadaran diri. Kesadaran diri ini merupakan titik pangkal dari kesediaan untuk mengkonfrontasikan diri dan mengevaluasi diri sendiri. Ciri yang penting ini mencakup kesadaran akan diri, kesadaran akan kebutuhannya sendiri, kesadaran akan motivasi, konflik dan masalah pribadinya, kesadaran akan kecenderungan untuk mempertahankan diri dan kelemahan dirinya, kesadaran akan hal-hal yang tidak berhasil diselesaikannya, dan kesadaran akan kemungkinan pengaruh dari hal-hal yang disadarinya itu terhadap proses kelompok yang dipimpinnya.
(6) Keikhlasan. Salah satu kualitas pemimpin kelompok yang penting adalah keikhlasan dalam menumbuhkan cara-cara pemecahan kesulitan yang membangun. Dalam hal ini pemimpin kelompok tidak selalu berkeinginan untuk didengar, segala sesuatunya dilakukan untuk kepentingan anggota kelompok. Memperhatikan dan membantu anggota kelompok berarti mendorong dan menantang anggota kelompok melihat bagian-bagian dari dunianya yang mungkin tidak disenanginya dan yang mendorong mereka untuk berbuat tidak jujur. (7) Keotentikan. Keotentikan ini erat hubungannya dengan keikhlasaaan. Keberhasilan dalam memimpin kelompok menuntut pempimpin kelompok untuk berbuat secara otentik, benar, kongruen dan jujur. Orang yang mempunyai sifat itu adalah orang yang tidak hidup dalam kepura-puraan dan bersembunyi di belakang topeng dengan kesiapan untuk mempertahankan diri terhadap kesalahan yang ditimpakan kepadanya. (8) Rasa beridentitas. Salah satu tugas konselor adalah membantu konseli untuk menemukan diri mereka sendiri. Apabila konselor akan melaksankan tugas ini maka pertama-tama dia harus mengenal dirinya sendiri, dia harus mengenal dan memahami identitasnya sendiri secara mendalam. (9) Yakin akan manfaat proses kelompok. Keyakinan ini merupakan faktor yang esensial dalam menuju keberhasilan kegiatan bimbingan kelompok. Supaya kegiatan bimbingan kelompok bermanfaat bagi para peserta dalam belajar memecahkan kesulitannya maka peserta harus yakin benar bahwa kegiatan bimbingan kelompok akan bergunabaginya. Keyakinan peserta ini akan terjelma jika apabila pemimpin kelompok memiliki keyakinan yang sangat dibutuhkan ini. (10) Kegairahan kerja Kegairahan atau antusiasme ini merupakan ciri penting yang harus dimiliki oleh pempimpin kelompok, apabila syarat ini tidak dimiliki oleh pemimpin kelompok dia tidak akan berhasil mendorong anggota kelompok untuk turut serta secara baik di dalam kelompoknya. Pemimpin kelompok harus memperlihatkan diri bahwa dia menyenangi pekerjaannya dan senang bekerja dan bergaul dengan para peserta di dalam kelompok yang dipimpinnya itu. (11) Daya temu dan kreatifitas. Daya temu (kemampuan untuk menemukan hal yang baru) dan kreatifitas pemimpin kelompok merupakan faktor lain yang dapat meningkatkkan keberhasilan bimbingan kelompok. Pemimpin kelompok harus menghindarkan diri dari menerapkan cara yang itu-itu juga terikat dengan kegiatan yang telah dirancang secara ketat. Pemimpin kelompok yang ovensif dan kreatif bersedia untuk berlaku terbuka kepada dirinya sendiri dan kepada para peserta, dia akan terbuka terhadap gaya hidup dan nilai-nilai yang berbeda dari gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut oleh dirinya sendiri. (12) Keuletan. Memimpin suatu kelompok membutuhkan ketahanan fisik dan psikis yang tinggi bagi pihak pemimpin kelompok, sehingga pemimpin kelompok harus menemukan cara untuk tetap tahan sepanjang proses kelompok yang dipimpinnya. (13) Memusatkan diri pada pekerjaannya. Untuk memenuhi ciri-ciri kepribadian yang dikemukakan di atas, seorang pemimpin kelompok perlu mampu memusatkan perhatiannya kepada pekerjaannya sebagai pemimpin kelompok. Tugasnya sebagai pemimpin kelompok tidak akan terpenuhi apabila dia dibebani oleh berbagai pekerjaan yang menyibukkan dirinya.
Jika karakteristik, ciri kepribadian dan watak pemimpin kelompok sudah terpenuhi guru tinggal melaksanakan bimbingan kelompok. Pelaksanaan bimbingan kelompok melalui tahap-tahap di bawah ini. (1) membentuk kelompok yang terdiri dari 5- 10 siswa sebagai anggota kelompok. (2) menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya kegiatan bimbingan kelompok. (3) Melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi sesuai dengan tahap-tahap bimbingan kelompok, yaitu : (a) Tahap Pembentukan (b) Tahap Peralihan (c) Tahap Kegiatan (d) Tahap Pengakhiran.

PENUTUP
Keberhasilan proses pendidikan yang ada di sekolah tidak terlepas dari kemampuan siswa dalam berkomunikasi. Siswa dengan kemampuan komunikasi yang tinggi akan lebih berhasil jika dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan komunikasi yang sedang atau rendah. Jadi guru hendaknya sering melatih siswa berkomunikasi agar proses komunikasinya lancar. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok sebagai salah satu cara untuk membantu meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa hendaknya dapat dilakukan oleh semua guru dengan memperhatikan tahap-tahap bimbingan kelompok, persyaratan pemimpin kelompok, karakteristik, ciri kepribadian dan watak pemimpin kelompok. Keberanian siswa dalam mengkomunikasikan keinginannya sangat berpengaruh terhadap prestasi yang dicapai. Prestasi yang tinggi, kematangan kepribadian sangat diharapkan dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya seperti yang dicita-citakan dalam Pendidikan Nasional.

DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, 1997. Layanan Bimbingan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil), : Ghalia Indoesia

Prayitno, 2004. Layanan Bimbingan Koseling, Padang : Jurusan FIP, \
Universitas Negeri Padang.

Tantowi, 1977. Bimbingan Kelompok. Semarang: FIPUniversitas Negeri
Semarang

http://www.scribd.com/doc/17403518/pengertian-komunikasi Diakses
tanggal 5 Juli 2009

==========================================================

Yuni Lestari adalah guru SMPN 4 Blitar peserta workshop pengembangan karir PTK Dikdas MGBK Kota Blitar tahun 2012

peserta workshop

Senin, 11 Juni 2012

WORKSHOP PENGEMBANGAN KARIR PTK DIKDAS MGBK SMP KOTA BLITAR TAHUN 2012

Mulai tanggal 19 Juni sampai dengan 17 Juli 2012 para guru BK yang tergabung dalam MGBK Kota Blitar akan menyelenggarakan Workshop Pengembangan Karir PTK. Kegiatan ini bertempat di Ruang PSB Dinas Pendidikan Kota Blitar jl Enggano no 1 Blitar. Kegiatan diikuti oleh 30 peserta, yaitu :
1 Sakti Purwana SPd 19790930 200604 2 008 SMPN 1
2 Linda Sutiarini,SPd 19820711 200501 2 008 SMPN 1
3 Titik Wulansih, SPd 19561204 198603 2 004 SMPN 1
4 Dra S Budiani 19570819 197803 2 003 SMPN 2
5 Marwanti, SPd 19680120 200501 2 003 SMPN 2
6 Agung Mukhlis S, SPd 19850601 200901 1 007 SMPN 2
7 Anis Efendi, SPd 19650309 198903 1 018 SMPN 3
8 Sri Sumarni, SPd 19590129 198703 2 002 SMPN 3
9 Alfi Ni'amah, SPd 19800328 201001 2 008 SMPN 3
10 Agus Krisanto, SPd 19740821 200501 1 009 SMPN 3
11 Yulis Setya, SPd 19730705 200604 2 027 SMPN 3
12 Yuni Lestari, SPd 19670601 199103 2 017 SMPN 4
13 Sumardi, SPd 19581018 198802 1 005 SMPN 4
14 Endah Hasta Palupi, SPd 19620422 200701 2 003 SMPN 4
15 Drs Saifut Nurdin, MM 19590418 198703 1 008 SMPN 5
16 Nur Ike Endah L SPd 19761105 200604 2 011 SMPN 5
17 DE Hermin Setyani, SPd 19650521 198803 2 011 SMPN 6
18 Ana Listyarini, SPd 19800328 201001 2 008 SMPN 6
19 Siti Avivah, SPd 19811206 200501 2 010 SMPN 6
20 Asri Kartika, SPd 19830704 200901 2 006 SMPN 7
21 Savitri Widiasari, SPd 19820718 201001 2 008 SMPN 7
22 Drs Didik Suryadi 19561009 197903 1 005 SMPN 8
23 Lilik Suswatining, SPd 19650426 200701 2 006 SMPN 8
24 Istianah, SPsi 19730126 200604 2 002 SMPN 8
25 Janatul Ma'wa, SPd 19850216 200901 2 006 SMPN 8
26 Mistiani, SPd 19540514 198703 2 001 SMPN 9
27 Evi Nuraini, SPd 19780809 200501 2 007 SMPN 9
28 Martunik, SPd 19720622 200604 2 002 SMPN 9
29 Pudiah Kartini, SPd 19830327 200901 2 009 SMPN 10
30 Drs Moh Fadhil 19591211 198603 1 020 SMPN 10
Materi dalam kegiatan workshop adalah Penulisan Hasil Penelitian dan Penulisan Jurnal Ilmiah. Sedangkan pemateri mengambil dari pengawas Dinas Pendidikan KOta Blitar dan dosen Universitas Negeri Malang. Dari Pengawas yaitu Katmining, SPd, MPd, Drs Slamet Hariyanto, MPd dan Drs Marsidi Masruddin sedangkan dari Univesitas Negeri Malang yaitu Drs Imam Hambali, MPd yang sekaligus merupakan penyunting Jurnal Ilmiah Universitas Negeri Malang. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini akan memberikan manfaat, yaitu :
1. Bagi pemerintah Kota Blitar dan dinas pendidikan Kota Blitar, mendapat kesempatan untuk memiliki guru-guru yang lebih profesional sehingga mutu dan relevansi pendidikan akan meningkat.
2. Bagi MGMP Bimbingan dan Konseling SMP, mendapat kesempatan untuk memberdayakan guru-guru Bimbingan dan Konseling SMP di Kota Blitar.
3. Bagi sekolah, mendapatkan kesempatan untuk memiliki guru-bimbingan dan konseling SMP/MTs yang berkompeten, profesional, dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah sesuai SNP, terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat, meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam satuan pendidikan.
4. Bagi guru diantaranya : (a) membantu para guru membuat keputusan dengan lebih baik; (b) meningkatkan kemampuan para guru menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya; (c) timbulnya dorongan dalam diri guru untuk terus meningkatkan kemampuan kerjanya; (d) peningkatan kemampuan guru untuk mengatasi stress, frustasi dan konflik yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya pada diri sendiri; (e) tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapat dimanfaatkan oleh para guru dalam rangka pertumbuhan masing-masing secara teknikal dan intelektual; (f) meningkatkan kepuasan kerja; (g) semakin besarnya pengakuan atas kemampuan seseorang; (h) makin besarnya tekad guru untuk lebih mandiri; dan (i) mengurangi ketakutan menghadapi tugas-tugas baru di masa depan.
5. Bagi Peserta Didik/Siswa/siswi, mendapatkan layanan pendidikan / Bimbingan dan Konseling SMP yang menarik, menyenangkan, bermakna, dan bermutu sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya
Seluruh kegiatan didanai oleh Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui pemberian dana blockgrant

Rabu, 22 Februari 2012

WORKSHOP PKG GURU BK


Hari Selasa 21 Pebruari 2012 para guru BK Kota Blitar yang tergabung di MGBK Kota Blitar baru saja mengadakan work shop dengan tema "Kiat Sukses Penilaian Kinerja Guru" Kegiatan ini bertempat di hotel Lotus Garden Kediri dengan penyelenggara Universitas Nusantara PGRI Kediri. Usai acara mereka sempat berfoto bersama nara sumber.

Selasa, 21 Februari 2012

TES ASERTIVITAS

TES ASERTIFITAS

Petunjuk:
Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana tingkat asertifitas Anda dalam kehidupan sehari-hari. Anda tidak usah takut/cemas, karena hasil dari kegiatan ini tidak mempengaruhi nilai raport Anda. Oleh karena itu jawablah setiap pertanyaan dengan jujur sesuai dengan kondisi Anda yang sebenarnya. Tulis nama, kelas, dan nomor absen Anda terlebih dahulu sebelum Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut! Jawablah benar atau salah pernyataan-pernyataan berikut ini, jika menurut Anda pernyataan tersebut benar tulislah huruf B pada kolom yang tersedia dan jika menurut Anda pernyataan tersebut salah tulislah huruf S pada kolom yang tersedia!
N a m a : ……………………………………………………………..
Kelas : ……………………………………………………………..
Nomor absen : …………………………………………………………….

No. Pernyataan

1 Saya hampir tidak pernah minta bantuan kepada orang lain
2 Saya biasanya mengalah bila berbeda pendapat dengan orang lain
3 Apabila seseorang mengganggu saya, biasanya saya tidak menanggapinya langsung, tetapi dengan menyindir
4 Saya merasa bersalah bila meninggikan suara atau berbicara dengan keras
5 Saya tidak suka menolakorng lain yang meminta tolong
6 SAya merasa kesulitan memberitahu orang bahwa saya berubah pendapat setelah sebelumnya menyetujui untuk melakukan sesuatu
7 Saya merasa malu bila orang lain mempertanyakan tindakan saya
8 Saya hanya mengemukakan pendapat bila sedang marah
9 Saya selalu mendahulukan kepentingan orang lain
10 Saya berusaha keras menyenangkan orang lain
11 Saya sering minta maaf bila berseberangan pendapat dengan orang lain
12 Dalam diskusi kelas, saya sulit mengemukakan pendapat saya walaupun saya merasa pendapat saya penting
13 Bertanya kembali apabila saya tidak mengerti apa yang dikatakan orang lain membuat saya merasa bodoh
14 Saya tidak berusaha menyelesaikan masalah dan hanya berharap masalah itu akan beres dengan sendirinya
15 Saya tidak dapat menerima kritik dengan baik. Saya biasanya marah bila seseorang mengkritik tingkahlaku saya

“Keberhasilan yang Anda nikmati hari ini adalah hasil dari harga perjuangan yang telah Anda bayar di masa lalu. Jadi jangan berhenti membayar di muka”
Terima kasih

KENANGAN

DULU PERNAH POLRES BLITAR SEBAGAI NARA SUMBER DALAM KEGIATAN MGBK KOTA BLITAR DI RUANG AVI PERPUSTAKAAN NASIONAL BUNG KARNO KOTA BLITAR, KAPAN ADA LAGI?

WORKSHOP PKG GURU BK


SAMBUTAN DARI PEMBINA MGBK KOTA BLITAR DRA LILIK RETNO HERAWATI,MM PADA SAAT PARA GURU BK MENGADAKAN WORK SHOP PENILAIAN KINERJA GURU BIMBINGAN KONSELING DI PSB DINAS PENDIDIKAN KOTA BLITAR

Selasa, 17 Januari 2012

bimbingan belajar

KEBIASAAN BELAJAR
YANG BAIK
Kebiasaan belajar yang baik akan membantu seseorng pelajar mencapai sukses dalam belajarnya. Tetapi, tentu saja inteligensi yang tinggi kalau didukung dengan kebiasaan belajar yang baik dan dilandasi minat yang besar niscaya akan mendatangkan sukses besar dalam belajar.
Kebiasaan belajar itu bukanlah bakat alamiah atau bawaan yang diminati sejak kecil, tetapi perilaku yang dipelajari secara sengaja atau secara tak sadar selama waktu-waktu yang lalu. Karena diulang-ulang sepanjang waktu, berbagai perilaku itu menjadi terbiasakan sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan pikiran sadar.

Dalam hal ini kebiasaan belajar tidak hanya menciptakan keajegan perilaku saja, tetapi yang jauh lebih penting adalah dapat menjadi pengganti daya kemauan yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar.
Simak berbagai tips kebiasaan belajar di bawah ini………
1. Belajar selalu di tempat yang sama (kalau mungkin dalam kamar belajar sendiri).Bilamana memakai tempat/kamar yang sama setiap hari, akan senantiasa teringat hubungan kamar/tempat tersebut dengan belajar.Keterbiasaan dengan kamar belajar sendiri berani lebih sedikit gangguan sehingga mudah memusatkan perhatian.
2. Mempelajari suatu mata pelajaran/bahan pelejaran pada waktu yang sama (setiap hari kalau mungkin). Kebiasaan mempelajari mata pelajaran pada waktu yang sama setiap hari menumbuhkan kecenderungan berkonsentrasi.
3. Berbuat sesuatu ketika belajar.Aktivitas paling bermanfaat adalah menulis, yaitu membuat catatan, menggaris bawahi hal-hal penting dalam buku, membuat ringkasan, dan sebagainya.
4. Mulai belajar segera setelah duduk menghadapi meja belajar seketika mulai mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan belajar. Bukalah buku, mulailah membaca, mencatat hal-hal penting, dan sebagainya. Konsentrasi akan segera terbentuk apabila betul-beyul melakukan kegiatan belajar.
5. Menyisihkan sekurang-kurangnya satu jam per minggu untuk mengulang masing-masing mata pelajaran. Tujuan penulangan adalah untuk mempelajari kembali atau mempelajari sampai tuntas bahan-bahan yang diperoleh dalam minggu itu.
6. Mencurahkan segenap perhatian pada waktu guru mengajar di kelas. Usahakan memperoleh manfaat sebanyak mungkin dari belajar di kelas, dengan terus berfikir tentang mata pelajaran yang diajarkan, mencatat hal-hal pokok, dan menghubungkan dengan urutan-urutan terdahulu.
7. Mencari penggunaan praktis dari pengetahuan yang baru diperoleh. Apabila dapat menemukan penggunaan praktis bagi pengetahuan baru diperoleh, akan meningkatkan daya ingat terdapat pelajaran tersebut dalam jangka waktu yang lama.
8. Selalu mencatat dan mempersiapkan semua tugas-tugas sekolah. Jadi mengandalkan ingatan saja. Salah satu bagian dari buku itu disediakan untuk mencatat tugas-tugas dari itu. Juga biasa untuk senantiasa mempersiapkan suatu tugas sebelum waktu pelajaran akan tiba.
9. Menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman-pengalaman terdahulu, sejauh mungkin hendaknya mengaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman-pengalaman terdahulu dengan mencoba menemukan contoh-contoh pengetahuan yang baru saja diperoleh.

10. Membagi-bagi kegiatan belajar. Jangan berusaha mempelajari sesuatu hal seluruhya sekaligus, dan jangan belajar dalam jangka lama dalam sekali duduk tanpa menyelingi istirahat atau melakukan selingan. Belajar yang intensif memerlukan waktu 1,5 s.d 2 jam kemudian diselingi dengan istirahat pendek. Hasilnya lebih baik dari pada yang belajar terus menerus dalam jangka waktu lama.
11. Mempelajari pelajaran-pelajaran yang penting pada saat sebelum kecepatan proses lupa dapat dikurangi dengan tidur yang dilakukan sesuai belajar mempelajari pelajaran yang penting atau serius.


Demikian beberapa kebiasaan belajar yang baik yang perlu dibentuk dan dibiasakan oleh para siswa yang ingin sukses.


SELAMAT MENCOBA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!