Jumat, 13 Juli 2012

PENGARUH LAYANAN KONSULTASI TERHADAP
KESULITAN BELAJAR SISWA

LINDA SUTIARINI*)

ABSTRAK

Siswa diharapkan dapat menyelesaikan pendidikan yang ditempuh sesuai dengan program dalam kurikulum sekolah dengan nilai yang memuaskan. Siswa Sekolah Dasar dan yang sederajat diharapkan dapat menyelesaikan pendidikan dalam jangka waktu enam tahun, sedangkan siswa SMP dan yang sederajat serta siswa SMA dan yang sederajat dapat menyelesaikan pendidikannya dalam kurun
Sebagian siswa ada yang tidak dapat menyelesaikan program pendidikannya sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian siswa ada yang dapat menyelesaikan pendidikannya sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan tetapi prestasi yang dicapai kurang memuaskan. Kegagalan siswa tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Kegagalan belajar yang dihadapi oleh siswa merupakan salah satu indikator bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan belajar.
Fenomena ini harus mendapat perhatian dari semua pihak. Usaha untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar menjadi tanggung jawab bersama antara wali kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan konseling serta orang tua. Untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar guru mata pelajaran dapat membantu melalui kegiatan remidial teaching, sedangkan guru bimbingan konseling dapat memberikan layanan konsultasi. Pemberian layanan konsultasi tersebut diharapkan mampu untuk mengurangi kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
Penelitian ini menggunakan format penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan, karena melalui penelitian tindakan kelas, baik intervensi perbaikan yang dilakukan, maupun dampaknya kepada (a) penumbuhan kemampuan melakukan Self-Regulated Learning, maupun (b) pemanfaatannya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dalam sesuatu Mata Pelajaran tertentu langsung dihayati secara bersama-sama oleh Dosen dan Mahasiswa sepanjang rentang transaksi pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas ini dapat memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan itu dalam 3 siklus pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa agar mereka dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tanpa mengalami kesulitan yang dapat menghambat dalam belajarnya.
Penelitian dilakukan pada siswa kelas 7A SMP Negeri 6 Tahun Pelajaran 2011-2012, dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah para siswa diberikan layanan konsultasi prestasi mereka dapat meningkat dibandingkan semester sebelumnya.
Saran disampaikan kepada para konselor sekolah hendaknya melakukan layanan konsultasi untuk semua kelas dan semua jenjang sehingga prestasi siswa akan meningkat karena kesulitan yang dihadapi oleh siswa menjadi menjadi berkurang. Konsulti dapat berasal dari orang tua, guru atau teman konseli.

Kata Kunci : kesulitan belajar, konsultasi bimbingan konseling

PENDAHULUAN
Siswa- siswi SMP menurut kategori umur termasuk usia remaja awal yang pada hakekatnya mempunyai kebutuhan spesifik dalam tumbuh dan kembangnya yaitu masa perubahan. Usia dimana menimbulkan ketakutan, masa tidak realistis dengan emosi meningkat untuk pemahaman diri (Hurlock, E B.1998). Peningkatan sumber daya manusia dimulai dari tingkat yang paling rendah yaitu ketika masih duduk di bangku sekolah. Pada proses dimana siswa menyesaikan pendidikannya siswa biasanya dihadapkan pada masalah dalam perkembangan dan belajarnya sebagai seorang remaja sekaligus sebagai seorang pelajar yang dapat menyelesaikan pendidikannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam kurikulum dengan hasil yang memuaskan. Menurut Sriami (2005)” Untuk Mencapai keselarasan dalam mencapai tujuan belajar dengan tugas- tugas perkembangan pribadi perlua adanya layanan bimbingan konseling”.
Penelitian Sriami ini telah menyatakan bahwa layanan bimbingan konseling diperlukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Beberapa penelitian yang telah dijalankan oleh Yuni Lestari dalam PTBK yang berjudul Upaya mengurangi kesulitan belajar siswa melalui layanan konsultasi bimbingan dan konseling pada siswa kelas 7A SMPN 4 Blitar tahun pelajaran 2009- 2010 menunjukkan bahwa layanan konsutasi dapat mengurangi kesulitan belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan diri dari cara berpikir anak dalam bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri akan kesadaran untuk lebih maju dalam belajar karena belajar adalah kewajiban dan merupakan tugas perkembangan yang harus dapat ia lalui dengan baik sehingga ia mempunyai masa depan yang terarah. Penelitian yang akan dijalankan ini memberikan penekanan terhadap klien dalam menyelesaikan masalah belajarnya
melalui layanan konsultasi.
Masalah yang sering dihadapi oleh siswa siswi SMP Negeri kota Blitar adalah banyaknya siswa yang mengalami kesulitan belajar hal ini ditandai dengan nilainya dibawah kriteria ketuntasan minimal, banyak siswa yang membolos, acuh-tak acuh terhadap pelajaran, lambat dalam mengumpulkan tugas bahkan banyak juga yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, sehingga jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan siswa tersebut tidak naik kelas. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh layanan konsultasi terhadap kesulitan belajar siswa?
Mengutip pendapat Ahmad Sudrajat dalam kesulitan belajar dan bimbingan belajar yang dimuat dalam http://www.bimbingan konseling indonesia.com menjelaskan bahwa kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Siswa yang mengalami kesulitan akan nampak dari gejala-gejala yang dimanifestasikan dalam bentuk perilaku. Perilaku tersebut menunjukkan adanya tanda-tanda mengalami kesulitan belajar.
Syamsuddin (2003: 307) mengungkapkan bahwa siswa diduga mengalami kesulitan belajar jika siswa yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasar ukuran kriteria keberasilan). Sedangkan Djamarah (2008: 235) mengungkapkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar secara wajar disebabkan adanya ancaman, hambatan atau gangguan dalam belajar. Dalyono (2005: 229) mengungkapkan bahwa kesulitan belajar adalah keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Berdasar uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah dimana peserta didik mengalami hambatan sehingga peserta didik tidak dapat belajar dengan wajar yang mengakibatkan tidak tercapainya suatu hasil belajar yang ditentukan.
Menurut Fullmer dan Bernard (dalam Marsudi, 2003: 124- 125) merumuskan tujuan konsultasi sebagai tujuan bimbingan di sekolah, salah satunya adalah mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua dan administrator sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pemahaman bahwa layanan konsultasi sangat diperluakan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 6 Blitar. Subjek penelitian adalah siswa kelas 7A yang berjumlah 41 siswa terdiri dari 18 siswa perempuan dan 23 siswa laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling dan wali kelas 7A sebagai kolabator. Kehadiran wali kelas dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjaga keobjektifan penelitian, sehingga tujuan penelitian tindakan kelas ini dapat dicapai dengan optimal.
Penelitian ini direncanakan sekitar 10 kali satu jam efektif karena subyek penelitian berjumlah 10 orang, diperkirakan satu orang memerlukan waktu 1 jam. Sepuluh jam tersebut direncanakan dilaksanakan selama 3 hari. Kegiatan ini dilaksanakan diluar jam pembelajaran karena yang menjadi subyek tindakan adalah wali murid. Siklus pertama dilaksanakan pada bulan Januari minggu pertama, siklus kedua pada bulan Maret minggu pertama.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Langkah awal sebelum pelaksanaan layanan, terlebih dahulu konselor merencanakan tahap-tahap kegiatan. Tahap-tahap tersebut adalah :

a. Perencanaan
Dalam tahap ini konselor mencari data tentang orang tua siswa yang mengalami kesulitan belajar.Analisis data siswa yang mengalami kesulitan belajar diperoleh dari nilai rapor semester ganjil kelas 7A tahun pelajaran 2011-2012 dalam bentuk kumpulan nilai sehingga diperoleh data akademik siswa, selain itu melakukan wawancara dengan orang tua untuk mencari informasi tentang siswa/anaknya. Sebelum mengadakan wawancara dengan orang tua siswa konselor mendata siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan tanda-tanda : (1) nilai dibawah rata-rata kelas, (2) nilai dibawah KKM (3) lambat dalam mengumpulkan tugas (4) bersikap tidak wajar, acuh terhadap tugas, berdusta jika tidak dapat memenuhi tugas sekolah (5) membolos (6) sering datang terlambat (7) gejala emosi kurang wajar, pemurung, mudah tersinggung, nilai jelek tidak sedih atau menyesal (8) lower. Dalam mengatur pertemuan konselor telah membuat dan melaksanakan apa yang dijadwalkan. Dari hasil penelitian diperoleh data 85% mengalami kesualitan dalam belajar.

b. Pelaksanaan
Pada layanan konsultasi, proses layanan dilakukan dua tahap. Yaitu pertama proses konsultasi antara konselor dan konsulti, dan yang kedua proses penanganan oleh konsulti terhadap pihak ketiga yang memiliki masalah Instrumen yang digunakan adalah angket orang tua, angket guru daftar nilai kelas 7A. Hasil dicatat dalam buku konsultasi orang tua.

c. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan sekitar satu bulan setelah orang tua diundang ke sekolah, dengan harapan selama satu bulan sudah ada perubahan yang terjadi pada siswa-siswa tersebut. Evaluasi dilaksanakan menggunakan angket pengamatan guru dan hasil nilai ulangan rapor semester genap, karena indikator keberhasilan dari layanan konsultasi ini adalah adanya peningkatan nilai raport, nilainya minimal sama dengan KKM dan nilai yang dicapai minimal sama dengan rata-rata kelas.
Hasil dari evaluasi menyatakan bahwa siswa- siswi sulit untuk belajar rutin dan sebagin besar jarang melaksanakan belajar kelompok.Untuk selanjutnya untuk siklus yang kedua, siswa sebagian besar siswa sudah mulai mempunyai rasa tanggung jawab dengan membuat jadwal dan belajar jadi pekerjaan.

d. Analisis Hasil Evaluasi
Tujuan dari analisa adalah mempertimbangkan upaya tindak lanjut yang akan dilakukan sehubungan penyelesaian masalah siswa. Berdasarkan analisa yang dilakukan konselor dari hasil angket pengamatan guru pada tahap evaluasi diperoleh hasil analisa. Tujuan dari analisa adalah mempertimbangkan upaya tindak lanjut yang akan dilakukan sehubungan penyelesaian masalah siswa. Berdasarkan analisa yang dilakukan konselor dari hasil angket pengamatan guru pada tahap evaluasi diperoleh hasil analisa siswa yang mengalami perubahan yang signifikan dan positif dalam mengecek kemajuan siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas

e. Tindak Lanjut
Tindak lanjut dari hasil layanan konsultasi adalah jika hasilnya sudah sesuai dengan yang diharapkan maka kegiatan layanan konsultasi dianggap berhasil dan sukses tetapi jika hasil yang dicapai tidak maksimal maka masalah siswa bisa di referal atau dirujuk kepada pihak-pihak yang lebih berwenang. Hasil layanan konsultasi dalam penelitian diuraikan dalam pembahasan. dapat melihat bahwa mayoritas dari siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut berdasarkan angket pengamatan guru perilaku belajarnya meningkat lebih baik, dengan asumsi bahwa dengan lebih baiknya perilaku belajar mereka kesulitan belajar mereka akan semakin berkurang sehingga akan lebih baik prestasi yang dicapai.
Hasil dari layanan konsultasi juga dapat dilihat pada perolehan nilai raport semester genap. Semua siswa yang mendapat layanan konsultasi melalui orang tuanya nilai rata-ratanya semua meningkat, dan kesulitan belajar yang dialami pada semester ganjil dapat terkurangi. Indikatornya adalah nilai yang dicapai minimal sama dengan KKM, bahkan banyak yang diatas KKM dan nilai rata-rata yang dicapai meningkat. Perbandingan nilai raport dari siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat.

KESIMPULAN DAN SARAN
Dari data dan analisis hasil evaluasi dalam penelitian tindakan kelas terhadap upaya mengurangi kesulitan belajar siswa dengan menggunakan layanan informasi dapat diketahui bahwa terjadi pengurangan kesulitan belajar dan perbaikan cara belajar yang signifikan. Pada siklus I memang belum begitu nampak pada nilai raport hanya ada perbaikan cara belajar berdasarkan angket pengamatan guru. Pada siklus 2 ada peningkatan yang cukup bagus mayoritas siswa sudah dapat melakukan perbuatan belajar yang baik dan meningkat dibandingkan siklus 1. Dalam nilai raport semester genap juga ada peningkatan yang signifikan. Nilai yang dicapai meningkat, rata-rata meningkat, nilai yang dicapai juga diatas KKM yang sudah ditentukan. Hal ini mengisyaratkan bahwa layanan konsultas berpengaruh terhadap kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa sehingga nilai yang dicapai lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa layanan konsultasi dapat mengurangi kesulitan belajar siswa. Sehingga disarankan konselor sekolah selalu melaksanakan layanan konsultasi ini setiap semester genap, sehingga nilai yang dicapai pada semester genap dapat lebih baik.

Daftar Pustaka

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Pengembangan Diri. Jakarta: BSNP dan Pusat Kurikulum

Gunarsa, Singgih. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

http://www.bimbingan konseling indonesia.com diakses tanggal 23 Mei 2009
Marsudi, Saring. 2003. Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta Muhammadiyah University Press

Prayitno. 2004. Layanan Konseling. Padang: Bimbingan Konseling FIP

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
`Rineka Cipta

Linda Sutiarini adalah guru SMPN 1 Blitar peserta workshop pengembangan karir PTK DIKDAS MGBK KOTA BLITAR

Jumat, 06 Juli 2012

ARTIKEL ILMIAH NON PENELITIAN

BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK
MENINGKATKAN KETRAMPILAN
KOMUNIKASI SISWA

Yuni Lestari

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari berkomunikasi dengan orang lain merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia, orang yang tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain akan terisolasi dalam kehidupannya di masyarakat. Pengaruh keterisolasian ini akan membawa manusia pada keadaan yang tidak diinginkan, antara lain : depresi mental dan keterasingan yang pada akhirnya dapat membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa.
Komunikasi adalah kebutuhan yang sangat fundamental dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa ada komunikasi masyarakat tidak akan terbentuk sebaliknya tanpa ada masyarakat manusia tidak akan dapat mengembangkan komunikasi sehingga manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Dengan komunikasi manusia dapat mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya sehingga orang lain dapat mengetahui keinginan serta mengerti hasrat orang lain.
Komunikasi diperlukan antara lain untuk mengatur tata krama pergaulan antar manusia sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat. Keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karir banyak ditentukan oleh kemampuannya berkomuikasi. Jika seseorang dapat berkomunikasi dengan baik maka dia pasti akan lebih berhasil dalam mencapai sesuatu yang diinginkannya.
Dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru di kelas juga dibutuhkan ketrampilan atau kemampuan dalam berkomunikasi. Tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan di dalam mengkomunikasikan kebutuhannya. Misalnya ketika sedang diberi pelajaran siswa belum memahami yang dijelaskan guru tetapi tidak bisa menyampaikan. Sehingga dapat dikatakan siswa mengalami kesulitan di dalam berkomunikasi dengan guru. Penyebab dari kesulitan ini mungkin siswa merasa malu akan menyampaikan hal tersebut, mungkin juga ragu-ragu, bahkan sangat mungkin siswa merasa takut ketika akan menyampaikan hal tersebut.
Dari uraian diatas maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan di dalam menyampaikan keinginanya karena dia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain, padahal siswa dengan kemampuan berkomunikasi tinggi akan lebih dapat berhasil dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan berkomunikasi rendah, sehingga kemampuan berkomunikasi ini harus dilatihkan kepada siswa mulai siswa itu duduk di bangku sekolah.
Komunikasi diartikan sebagai proses pengalihan informasi dari salah satu sumber kepada yang lainnya atau pertukaran informasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih sehingga terbentuk sebuah pengertian yang mendalam.
Komunikasi terjadi jika seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain mempunyai tujuan tertentu, dan komunikasi terjadi didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek.
Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut: (1) Mempelajari atau mengajarkan sesuatu (2) Mempengaruhi perilaku seseorang (3) Mengungkapkan perasaan (4) Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain (5) Berhubungan dengan orang lain (6) Menyelesaian sebuah masalah (7) Mencapai sebuah tujuan (8) Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik (9) Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain. Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok.
Jenis komunikasi terdiri dari:
1. Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.
Yang termasuk komunikasi non verbal :
a. Ekspresi wajah
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya
c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress
Bimbingan Kelompok adalah upaya bimbingan yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang individu melalui situasi kelompok (Tantowi, 1997 : 15)
Sedangkan Prayitno (1997 : 99) memberikan pengertian bahwa bimbingan kelompok adalah sebuah bimbingan yang dimaksudkan agar siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama dari guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Bahan yang dimaksudkan tersebut dapat juga digunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan.
Lebih jauh Prayitno menjelaskan bahwa layanan bimbingan kelompok para siswa dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai tentang hal penting tersebut dan mengembangkan tentang langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok. Dengan demikian dalam bimbingan kelompok dapat membuahkan saling hubungan yang baik diantara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap dalam kelompok.
Prayitno (1995 : 1) menjelaskan juga bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu jenis layanan dalam bimbingan konseling yang diselenggarakan secara kelompok dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan kelompok.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa bimbingan kelompok mengaktifkan kegiatan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi peserta kegiatan kelompok. Dalam kegiatan bimbingan kelompok akan dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian dan menjadi perhatian bersama anggota kelompok dan dibahas melalui dinamika kelompok yang intens dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok di bawah bimbingan atau pimpinan kelompok (konselor/guru pembimbing)
Kegiatan bimbingan kelompok dapat diselenggarakan dimana saja, di dalam ruangan maupun di luar ruangan, di sekolah maupun di luar sekolah yang penting para anggota kelompok merasa nyaman dalam melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok tersebut. Dimanapun kegiatan bimbingan kelompok tersebut dilaksanakan yang penting harus dapat menjamin bahwa dinamika kelompok dapat berkembang dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan layanan. Selain itu dengan kegiatan bimbingan kelompok dapat membuahkan saling hubungan yang baik diantara anggota kelompok dan anggota kelompok dapat berkomunikasi dengan baik.
Tujuan umum dari bimbingan kelompok yaitu : berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan (Prayitno, 2004 :2) Dalam kaitan ini sering sekali terjadi kemampuan sosialisasi dan komunikasi anggota kelompok terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, dan wawasan yang tidak obyektif, sempit, terkukung serta tidak efektif. Melalui kegiatan bimbingan kelompok hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui berbagai cara ; pikiran yang suntuk, buntu atau beku dicairkan dan didinamikakan melalui berbagai masukan dan tanggapan baru, persepsi dan wawasan yang menyimpang dan sempit perlu diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, penyadaran dan penjelasan, sikap yang tidak obyektif, terkungkung dan tidak terkendali, serta tidak efektif digugat dan didobrak, kalau perlu diganti dengan yang baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses berperasaan, berpikir dan berpersepsi dan wawasan yang terarah, luwes dan luas serta dinamis kemampuan berkomuikasi, bersosialisasi dan bersikap dapat dikembangkan.
Sedangkan tujuan khusus yaitu untuk membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang eksklusif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif sehingga kemampuan berkomunikasi, verbal maupun non verbal ditingkatkan (Prayitno, 2004 : 2)

MENGAPA BIMBINGAN KELOMPOK?
Seperti yang diuraikan diatas bahwa dalam bimbingan kelompok
para siswa diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai tentang hal penting tersebut dan mengembangkan tentang langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok. Dengan demikian dalam bimbingan kelompok dapat membuahkan saling hubungan yang baik diantara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap dalam kelompok.
Jadi melalui bimbingan kelompok para siswa diajak atau dilatih untuk berkomunikasi antar individu dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibentuk bisa beranggotakan antara 5 sampai 10 siswa. Jika dalam kelompok kecil ini siswa sudah lancar dalam mengemukakan pendapat yang dalam hal ini merupakan sebagian dari tujuan bimbingan kelompok maka diharapkan dalam kelompok yang lebih besar, misalnya dalam kelompok kelas yang jumlah anggota kelas berkisar antara 25 sampai 40 siswa akan lebih berani dalam mengemukakan pendapat.
Keberhasilan dari bimbingan kelompok tidak terlepas dari karakteristik yang harus dimiliki oleh pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok dalam hal ini berasal dari guru. Seorang pemimpin kelompok yang profesional harus mampu membentuk dan mengarahkan kelompok sehingga menjadi kelompok yang bebas, terbuka dan demokratis, konstruktif, saling mendukung dan meringankan beban, memberikan rasa nyaman, menggembirakan dan membahagiakan, serta mencapai tujuan bersama anggota kelompok. Dalam keadaan demikian seorang pemimpin kelompok dituntut obyektifitas dan ketajaman analisis serta evaluasi kritis yang berorientasi nilai-nilai kebenaran dan moral dikembangkan melalui sikap dan cara-cara berkomunikasi yang jelas dan lugas tetapi santun dan bertata krama, dengan bahasa yang baik dan benar. Selain itu seorang pemimpin kelompok harus berwawasan luas dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani, meningkatkan, memperluas dan mensinergikan konten bahasan yang tumbuh dalam aktifitas kelompok. Juga harus memiliki kemampuan hubungan antar personal yang hangat dan nyaman, sabar dan memberi kesempatan, demokratik dan kompromistik (tidak antagonistik dalam mengambil kesimpulan dan keputusan, tanpa memaksakan dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak berpura-pura, disiplin dan kerja keras.
Keseluruhan karakteristik diatas membentuk pemimpin kelompok yang berwibawa dihadapan dan ditengah-tengah kelompoknya. Kewibawaan ini harus dapat dirasakan secara langsung oleh para anggota kelompok. Dengan kewibawaan itu pemimpin kelompok menjadi tali ikatan kelompok menjadi panutan bertingkah laku dalam kelompok menjadi pengembang dan pensinergian konten bahasan, serta kualitas yang mendorong pengembangan dan pemecahan masalah yang dibahas dalam kelompok.
Selain karakteristik yang harus dimiliki oleh pemimpin kelompok (guru) seperti yang diuraikan di atas ada juga syarat lain yang menyangkut kepribadian pemimpin kelompok, yaitu : (1) Kehadiran pemimpin kelompok secara emosional. Kehadiran pemimpin kelompok dalam kegiatan bimbingan kelompok sangat besar artinya bagi peserta. Keberartian itu akan meningkat apabila kehadiran itu bukan hanya secara fisik melainkan yang lebih penting bersifat emosional. Ini berarti bahwa pemimpin kelompok terlibat langsung secara emosional dan secara pribadi dengan kelompok yang dipimpinannya. Keterlibatan secara emosional ini dapat menimbulkan spontanitas dan keterbukaan pada diri pemimpin kelompok dalam menghadapi peserta dalam kegiatan bimbingan kelompok tersebut. (2) Kekuatan pribadi, kekuatan pribadi ini mencakup kepercayaan diri dan kesadaran akan pengaruh dirinya terhadap orang lain. Perlu ditekankan bahwa kekuatan pribadi ini tidak berarti kemampuan untuk mendominasi dan memanfaatkan orang lain. Sifat ini justru penyalah gunaan kekuatan pribadi itu. Seorang guru /konselor yang baik akan menggunakan kekuatan pribadinya untuk mendorong para peserta untuk menggunakan kekuatannya sendiri yang tidak tersalurkan, dan bukan untuk meningkatkan ketergantungan peserta pada diri konselor. (3) Keberanian. Pemimpin kelompok yang baik akan sadar bahwa mereka perlu memperlihatkan keberanian dalam berinteraksi dengan kelompok dan dia tidak dapat menyembunyikan dirinya di belakang peranan khususnya sebagai pempimpin kelompok. Pemimpin kelompok menunjukkan keberaniannya mengambil resiko dalam kelompoknya, dan dengan mengakui kesalahan yang mungkin diperbuatnya. Keberanian itu ditunjukkan melalui berbagai perasaan (4) Kesediaan untuk mengkonfrontasikan dirinya sendiri. Keberanian pemimpin kelompok tidak hanya dalam interaksi dengan kelompok dan anggotanya secara individual, melainkan juga keberanian dalam menghadapi keadaan dirinya sendiri. Pemimpin kelompok harus selalu mengevaluasi diri sendiri dan menerima apa adanya dari hasil evaluasi itu, kemudian bersedia untuk memperbaiki yang tidak layak serta mempertahankan hal-hal yang telah layak dan memadai. (5) Kesadaran diri. Kesadaran diri ini merupakan titik pangkal dari kesediaan untuk mengkonfrontasikan diri dan mengevaluasi diri sendiri. Ciri yang penting ini mencakup kesadaran akan diri, kesadaran akan kebutuhannya sendiri, kesadaran akan motivasi, konflik dan masalah pribadinya, kesadaran akan kecenderungan untuk mempertahankan diri dan kelemahan dirinya, kesadaran akan hal-hal yang tidak berhasil diselesaikannya, dan kesadaran akan kemungkinan pengaruh dari hal-hal yang disadarinya itu terhadap proses kelompok yang dipimpinnya.
(6) Keikhlasan. Salah satu kualitas pemimpin kelompok yang penting adalah keikhlasan dalam menumbuhkan cara-cara pemecahan kesulitan yang membangun. Dalam hal ini pemimpin kelompok tidak selalu berkeinginan untuk didengar, segala sesuatunya dilakukan untuk kepentingan anggota kelompok. Memperhatikan dan membantu anggota kelompok berarti mendorong dan menantang anggota kelompok melihat bagian-bagian dari dunianya yang mungkin tidak disenanginya dan yang mendorong mereka untuk berbuat tidak jujur. (7) Keotentikan. Keotentikan ini erat hubungannya dengan keikhlasaaan. Keberhasilan dalam memimpin kelompok menuntut pempimpin kelompok untuk berbuat secara otentik, benar, kongruen dan jujur. Orang yang mempunyai sifat itu adalah orang yang tidak hidup dalam kepura-puraan dan bersembunyi di belakang topeng dengan kesiapan untuk mempertahankan diri terhadap kesalahan yang ditimpakan kepadanya. (8) Rasa beridentitas. Salah satu tugas konselor adalah membantu konseli untuk menemukan diri mereka sendiri. Apabila konselor akan melaksankan tugas ini maka pertama-tama dia harus mengenal dirinya sendiri, dia harus mengenal dan memahami identitasnya sendiri secara mendalam. (9) Yakin akan manfaat proses kelompok. Keyakinan ini merupakan faktor yang esensial dalam menuju keberhasilan kegiatan bimbingan kelompok. Supaya kegiatan bimbingan kelompok bermanfaat bagi para peserta dalam belajar memecahkan kesulitannya maka peserta harus yakin benar bahwa kegiatan bimbingan kelompok akan bergunabaginya. Keyakinan peserta ini akan terjelma jika apabila pemimpin kelompok memiliki keyakinan yang sangat dibutuhkan ini. (10) Kegairahan kerja Kegairahan atau antusiasme ini merupakan ciri penting yang harus dimiliki oleh pempimpin kelompok, apabila syarat ini tidak dimiliki oleh pemimpin kelompok dia tidak akan berhasil mendorong anggota kelompok untuk turut serta secara baik di dalam kelompoknya. Pemimpin kelompok harus memperlihatkan diri bahwa dia menyenangi pekerjaannya dan senang bekerja dan bergaul dengan para peserta di dalam kelompok yang dipimpinnya itu. (11) Daya temu dan kreatifitas. Daya temu (kemampuan untuk menemukan hal yang baru) dan kreatifitas pemimpin kelompok merupakan faktor lain yang dapat meningkatkkan keberhasilan bimbingan kelompok. Pemimpin kelompok harus menghindarkan diri dari menerapkan cara yang itu-itu juga terikat dengan kegiatan yang telah dirancang secara ketat. Pemimpin kelompok yang ovensif dan kreatif bersedia untuk berlaku terbuka kepada dirinya sendiri dan kepada para peserta, dia akan terbuka terhadap gaya hidup dan nilai-nilai yang berbeda dari gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut oleh dirinya sendiri. (12) Keuletan. Memimpin suatu kelompok membutuhkan ketahanan fisik dan psikis yang tinggi bagi pihak pemimpin kelompok, sehingga pemimpin kelompok harus menemukan cara untuk tetap tahan sepanjang proses kelompok yang dipimpinnya. (13) Memusatkan diri pada pekerjaannya. Untuk memenuhi ciri-ciri kepribadian yang dikemukakan di atas, seorang pemimpin kelompok perlu mampu memusatkan perhatiannya kepada pekerjaannya sebagai pemimpin kelompok. Tugasnya sebagai pemimpin kelompok tidak akan terpenuhi apabila dia dibebani oleh berbagai pekerjaan yang menyibukkan dirinya.
Jika karakteristik, ciri kepribadian dan watak pemimpin kelompok sudah terpenuhi guru tinggal melaksanakan bimbingan kelompok. Pelaksanaan bimbingan kelompok melalui tahap-tahap di bawah ini. (1) membentuk kelompok yang terdiri dari 5- 10 siswa sebagai anggota kelompok. (2) menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya kegiatan bimbingan kelompok. (3) Melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi sesuai dengan tahap-tahap bimbingan kelompok, yaitu : (a) Tahap Pembentukan (b) Tahap Peralihan (c) Tahap Kegiatan (d) Tahap Pengakhiran.

PENUTUP
Keberhasilan proses pendidikan yang ada di sekolah tidak terlepas dari kemampuan siswa dalam berkomunikasi. Siswa dengan kemampuan komunikasi yang tinggi akan lebih berhasil jika dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan komunikasi yang sedang atau rendah. Jadi guru hendaknya sering melatih siswa berkomunikasi agar proses komunikasinya lancar. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok sebagai salah satu cara untuk membantu meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa hendaknya dapat dilakukan oleh semua guru dengan memperhatikan tahap-tahap bimbingan kelompok, persyaratan pemimpin kelompok, karakteristik, ciri kepribadian dan watak pemimpin kelompok. Keberanian siswa dalam mengkomunikasikan keinginannya sangat berpengaruh terhadap prestasi yang dicapai. Prestasi yang tinggi, kematangan kepribadian sangat diharapkan dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya seperti yang dicita-citakan dalam Pendidikan Nasional.

DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, 1997. Layanan Bimbingan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil), : Ghalia Indoesia

Prayitno, 2004. Layanan Bimbingan Koseling, Padang : Jurusan FIP, \
Universitas Negeri Padang.

Tantowi, 1977. Bimbingan Kelompok. Semarang: FIPUniversitas Negeri
Semarang

http://www.scribd.com/doc/17403518/pengertian-komunikasi Diakses
tanggal 5 Juli 2009

==========================================================

Yuni Lestari adalah guru SMPN 4 Blitar peserta workshop pengembangan karir PTK Dikdas MGBK Kota Blitar tahun 2012

peserta workshop